Jumat, 11 April 2014

Ilmu Budaya Dasar: Kasus Ade Sara

Jakarta - Kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto (19) oleh dua teman sebayanya memicu keprihatinan tentang kriminalitas sadis yang dilakukan oleh remaja. Berikut kronologi pembunuhan mahasiswi semester dua tersebut, bersumber dari keterangan keluarga, polisi dan teman:

Minggu, 2 Maret pukul 17.00 WIB
Ade Sara Angelina Suroto pergi menonton acara Java Jazz Festival di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Berdasarkan akun twitternya @Adesaraa, Sara pergi menonton konser musik tersebut pukul 17.00 WIB. Kepada ibunya dia hanya pamit pergi dengan teman-temannya. Di event inilah Ade Sara diduga mendapatkan gelang karet merah bertuliskan Java Jazz.

Senin, 3 Maret
Senin sore korban berpamitan kepada keluarganya untuk pergi les Bahasa Jerman di Goethe Institute, Jl Sam Ratulangi, Jakarta Pusat. Les biasa dilakukan pada pukul 18.00 hingga pukul 21.00 WIB. Ia meninggalkan rumahnya di Kelurahan Jati, Pulo gadung, Jakarta Timur, sebelum pukul 18.00 WIB. 

Pukul 18.30 WIB
Bukannya pergi ke tempat les seperti tujuan awalnya, Sara justru menemui Assyifa Ramadhani (19) di Stasiun Gondangdia. Keduanya janjian ketemuan. Teman kursus Sara sempat menelepon Sara mengapa dia tak muncul di tempat kursus. Sara menjawab bahwa dia sedang menunggu pacar dari mantan kekasihnya.

Sifa kemudian datang. Diduga tanpa diketahui Sara, rupanya di lokasi juga sudah ada tersangka lainnya yang juga mantan pacar Sara, Ahmad Imam Al Hafitd Aso (19) alias Hafitd. Sara kemudian diajak naik mobil dan berakhir dengan pembunuhan terhadapnya.

Senin malam
Keluarga Sara kebingungan karena putrinya tidak kunjung pulang. Mereka kehilangan jejak Sara.

Selasa, 4 Maret
Keluarga dan teman-teman Sara meminta bantuan operator seluler Telkomsel untuk melacak keberadaan handphone Sara. Teman Sara yang bernama Kevin menyatakan handphone Sara terdeteksi di lokasi yang berpindah-pindah yaitu di Jakarta Selatan, lalu di Jakarta Utara, lalu di Jakarta Pusat.

Rabu, 5 Maret
Rabu pagi mayat Sara ditemukan di pinggir Tol Bintara KM 49, arah Cikunir, Bekasi. Sara ditemukan dengan kondisi wajah membiru dan tidak dikenali oleh petugas derek Jasa Marga sekitar pukul 06.30 WIB. 

Sara mengenakan gelang karet warna merah bertuliskan 'Java Jazz Festival'. Tak ditemukan adanya luka senjata tajam di tubuh Sara. Hasil autopsi sementara, Sara tewas karena tenggorokannya disumpal dengan kertas. Selanjutnya jenazah korban dibawa ke RSCM. Berdasar sidik jari di e-KTP, polisi mengetahui identitas jenazah yang memiliki alamat di Jl Layur, Rawamangun, Jakarta Timur. Polisi kemudian meminta keterangan keluarga Sara dan teman-temannya. 

Kamis, 6 Maret
Identitas Sara diberitakan oleh media. Sifa dan Hafitd lewat media sosial menyampaikan belasungkawa.

Namun berdasar penyelidikan polisi, Sifa dan Hafitd adalah pelaku pembunuhan keji itu. Keduanya ditangkap petugas kepolisian saat melayat Sara di rumah duka RSCM, Jakarta Pusat. Namun versi lainnya menyebut Hafitd diciduk di rumah duka RSCM, sedang Sifa di kampusnya, Kalbis Institute, Pulomas. Kini keduanya masih diperiksa di Polres Kota Bekasi. Keduanya sudah mengakui sebagai pembunuh Sara.

Jumat, 7 Maret
Jenazah Sara diberangkatkan dari RSCM pukul 11.00 WIB untuk dimakamkan di TPU Pondok Kelapa.


Tanggapan
Kekerasan Remaja. Banyak faktor yang menjadi pemicu dan kemudian terakumulasi, kemudian longgarnya kontrol dan pengasuhan keluarga. Jalan kekerasan juga dipilih sejumlah remaja karena lingkungan di sekitarnya yang biasa cenderung keras sehingga terimitasi oleh pelaku. Sajian tayangan kekerasan baik dalam pemberitaan maupun sinetron yang kemudian menjadikan remaja cenderung permisif terhadap kekerasan, Yang paling merisaukan, talk show politik yang diisi orang-orang terhormat juga menjadi hiruk pikuk berdebat adu urat dengan bahasa sarkastik yang menunjukkan kekerasan verbal hingga sampai ke fisik tidak menunjukkan keteladanan yang baik. Hal itulah dilihat remaja seolah menjadi pembenar bahwa penyelesaian masalah harus dengan kekerasan. Belum lagi game digital juga kerap dihiasi kekerasan dan pornografi. Jadi, menurut saya Hafitd dan Sifa ini sudah cukup terpengaruh hal-hal negatif, dan (mungkin) kurangnya ilmu kerohanian mereka juga cukup berpengaruh sehingga mereka sangat mudah digoda oleh setan-setan di dalam pikiran mereka untuk membunuh Ade Sara. Saya rasa, hukuman mati sudah cukup diberikan kepada tersangka.